Semangat dalam Jihat

            Matahari mulai merangkak dari tempat persembunyiannya. Ia pun tak malu untuk menyoroti segala benda yang ada di sekelilingnya. Benda yang semula gelap pun terlihat indah di pandang mata. Air embun yang menetes dari dedaunan hijau menambah indah pemandangan hari ini. Suara gemericik air terjun dan air sungai yang mengalir terdengar syahdu di telinga. Di sekeliling sungai terdapat hamparan rumput hijau yang luas dan diramaikan dengan pepohonan dan buah-buahan nan rimbun. Banyak anak kecil berlarian dan bersenda gurau. Aku berdiri ditengah keramaian anak kecil itu. Rerumputan hijau nan menyejukkan mata pun ikut meramaikan suasana itu. Seorang gadis kecil menghampiriku dan berbisik “Terima Kasih paman, sekarang kembalilah” sembari menampakkan lesung pipinya dengan senyumnya yang manis. Hatiku bertanya-tanya, siapakah anak ini? dan tempat apakah ini? Dimanakah ini?.
            Tiba-tiba terdengar suara tak asing memanggil namaku. “Yas…Ilyas…sudah sadarkah engkau wahai saudaraku?”. Perlahan aku membuka mataku. Terasa berat kelopak ini terangkat. Cahaya lampu yang terang menyilaukan mataku, tiba-tiba tertutupi oleh kepala seseorang yang tak asing bagiku. Ya..itu wajah Hasyim. Terlihat wajah yang kaget bercampur kecemasan. “Alhamdulillah kau telah siuman.” Teriak  Hasyim dengan senyum kegembiraan. Kepalaku terasa pusing, ku pegang kepala ini, ternyata perban pun membalut keningku. Perlahan ku angkat tubuh tak berdaya ini. Sekujur tubuhku terasa sakit, kaku dan berat untuk aku gerakkan. Hasyim pun membantuku mengangkat tubuh ini.  Suasana di tempat itu begitu ramai. Perawat yang sedari tadi berlalu lalang mengangkat pasien, dokter yang bekerja keras menyelamatkan nyawa-nyawa tak berdosa. Teriakan kesakitan dan takbir tiada henti diteriakkan, terdengar menusuk di telinga hingga menembus kalbu yang lemah ini.
“Apa yang terjadi pada diriku Syim? Bukankah aku harus menyelamatkan nyawa-nyawa tak berdosa itu”.
“sabar yas, kamu belum sembuh total. Kepalamu terhantam reruntuhan tembok gedung saat kau menyelamatkan seorang anak kecil yang tertembak salah satu senapan tentara Israel”
“Dimanakah anak itu Syim?”
Dengan penghela nafas panjang Hasyim pun menjawab “heeeeeeh…nyawa anak itu tak terselamatkan Syim. Sebelum kau melindunginya, anak itu telah tertembak senapan tentara Israel. Anak itu mengalami pendarahan yang cukup hebat”
Tanpa disadari aku pun menitikkan air mata. “sudah lah Yas,,,ini mungkin jalan terbaik yang diberikan Allah untuk anak itu. Mungkin dia lebih bahagia dan bisa terbang dengan bebas di alam sana.” Seketika, aku langsung teringat wajah anak kecil nan manis didalam mimpiku. Apakah anak itu yang aku selamatkan?
“Yas,,udah..jangan melamun. Tubuhmu butuh istirahat ekstra, jangan terlalu banyak pikiran.”
“aku sudah pulih syim” jeritan pasien dan berita kematian anak itu menjadi stimulanku untuk berdiri dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang dokter. Dengan sekuat tenaga aku bangun dari ranjang putih itu. Hasyim dengan refleknya memapah lenganku.
“jika memang tidak kuat, jangan kamu paksakan Yas.”
“Tidak, aku masih kuat, sakitku ini belum seberapa jika di bandingkan sakit hati anak-anak yang kehilangan orang tuanya, sakit  sang istri yang menjanda ditinggal mati suaminya, sakit seorang ayah dan ibu yang kehilangan anak-anaknya yang mungil, sakitmu yang telah kehilangan istrimu beberapa hari yang lalu Syim. Aku tau, itu berat buatmu kawan”
Hasyim pun menyerah, dia pun memeluk tubuhku yang ringkih ini. “Aku kuat karena masih ada anak-anakku dan pasien yang harus aku bantu Yas, aku yakin istriku pasti bahagia di sana, akan aku buktikan bahwa suatu hari ini nyawa istriku ini tak akan sia-sia”. Tangisan Hasyim pun pecah. Ya..itulah Hasyim, terlihat tegar, optimis dan disiplin, namun hatinya begitu lembut dan berani. Kami pun bergabung dengan dokter yang lainnya untuk menjalankan tugas kami. Hasyim dokter ahli bedah asal Palestina sedangkan aku dokter ahli ortopedi dari Indonesia dan digabung dengan dokter spesialis lainnya pun berkolaborasi didalam kamar bedah.

Diluar sana rudal-rudal, buldoser serta tank-tank besi menghancurkan permukiman beserta penghuninya. Negeri ini dipenuhi mayat yang tergeletak berserakan, bau amis darah dan reruntuhan gedung. Negeri ini bak lautan mayat dan darah. Kebiadaban zionis Israel tak berperikemanusiaan. Mereka tak pandang bulu tak pandang umur  untuk menembak, membunuh dan menganiaya ratusan bahkan ribuan orang. Disini para wanita bukan memegang panci, penggorengan dan sendok sayur melainkan menggenggam senjata untuk bersiaga. Anak-anak yang harusnya memegang buku dan pensil dikala pagi hari, disini buku dan pensil itu tergantikan oleh sebuah batu dan ketapel. Zionis Israel dan sekutunya telah memorak-porandakan Palestina. Aku dan Hasyim berpatroli mengelilingi daerah ini mencari dan menolong para korban yang masih bisa di selamatkan. Hasyim pun memecahkan kesunyian “ Yas mungkin saat ini orang Israel menganggap  penduduk kami terjajah. Tapi mereka tak tahu kalau kami terjajah secara fisik semata, namun jiwa kami tidak akan pernah kalah dan takut oleh senapan yang dapat merenggut nyawa kami.”

Kereta Senja yang Mempertemukan



                Terik dikala siang itu tertutup oleh awan hitam yang bergerombolan di langit. Tak lama kemudian tetesan hujan turun satu per satu di atas atap yang terbuat dari seng. Suara klakson kereta pun beradu dengan suara petir yang menggelegar di langit.
“yaaah…kenapa tiba-tiba hujan sih, mana keretanya berangkat sejam lagi,” gumam Rima yang sedari tadi memandangi jam tangan yang menunjukkan pukul tiga sembari duduk di sebuah bangku peron dekat rel kereta api. “andaikan tadi aku naik pesawat, pasti saat ini aku uda tidur di kamarku.” Lamunnya sembari kesal.
                Hari itu pertama kalinya Rima pulang kampung naik kereta dari Jakarta ke Solo. Perjalanan perdananya dengan kereta ini merupakan saran kakaknya (Rina) yang telah lama lulus dari kuliahnya yang dulu juga merantau ke Jakarta.
“terpaksa aku nurutin kata kak Rina yang bawel. Kalo gak kehabisan tiket pesawat mah ogah aku naik kereta. Mana sendirian lagi, gak ada orang yang bantui angkat barang. Begitu malangnya nasibku.” Gerutunya.
“nak..ibu boleh nitip tas gak??ibu mau ke toilet sebentar,” kata seorang ibu berselendang yang menutupi uban dirambutnya  dan  memecahkan lamunan Rima kala itu.
“oo..o..oh iya bu”jawab Rima terbata-bata.
Beberapa menit kemudian ibu itu kembali duduk disamping Rima.
“terima kasih nak.”
“oh,,sama-sama bu”
“kalo boleh tau kamu mau kemana nak?naik kereta apa?”
“saya mau ke solo, pulang kampung bu, disini saya kuliah. Nanti saya naik kereta bangunkarta. Ibu mau kemana? Ibu tadi sendirian ya?
oalah…wong jowo to tibak e...” teriak sang ibu semangat. “aku ke Jakarta sebenarnya buat jenguk anakku yang pertama nduk, ini mau pulang lagi ke Semarang. Aku sudah biasa naik kereta dewean, aku naik Bangunkarta gerbong empat kursi sepuluh C, koe gerbong piro nduk?.” Jawab sang ibu dengan bahasa Indonesia campur bahasa Jawanya.
“lo…saya juga Bangunkarta gerbong empat kursi sepuluh D.”
“namamu siapa nduk?”
“Rima bu,,,”
oalaah,,,berarti aku duduk bareng koe nduk. Aku uda biasa sendirian. Sebenernya aku punya sakit asma, tapi Alhamdulillah  nek di enggo perjalanan jauh gak pernah kumat.”
“asiik..ternyata yang duduk di sampingku adalah ibu yang ramah.” batin Rima.
Tak terasa kereta yang mereka tumpangi akhirnya terparkir di rel depan peron tempat mereka duduk. Rima dan sang ibu pun bersama-sama menaiki kereta dan mencari tempat duduk mereka.
**********
                Rintik-rintik hujan pun mulai beranjak pergi. Matahari yang mulai meredupkan cahayanya mulai merangkak ke barat, sembunyi dibalik pegunungan yang indah. Hamparan sawah yang luas, cakrawala biru perlahan berubah menjadi jingga. Burung-burung yang beterbangan di langit menambah indah panorama kala senja itu. Mata yang jenuh dengan pemandangan Jakarta pun di manjakan dengan pemandangan yang tak dapat dilukiskan kata-kata.
“subhanallah..”kagum Rima sembari melihat  pemandangan sekitar jendela kereta.
“selama ini aku belum pernah merasakan damainya hati ini, mungkin ini alasan kenapa kak Rina  tak pernah mau pulang naik pesawat.” Batin Rima.
Krucuk..krucuk…tiba-tiba terdengar suara perut keroncongan yang membubarkan lamunan Rima saat itu.
“nak Rima..kamu lapar ya?ini ada roti.” Kata ibu sambil menyodorkan roti ke arah Rima.
“oh..tidak usah repot-repot, saya sudah bawa makan tadi bu.” Elak Rima. “aduh,,kenapa ni perut gak bisa diajak kompromi sih,,,kamu malu-maluin aia. Mungkin karena angkat2 barang sendiri tadi bikin tenagaku terkuras habis dan cepet lapar.” Batin Rima malu.
                Rima pun mulai melahab habis roti yang ia bawa sembari melanjutkan lamunannya dengan menatap keluar jendela kereta.
**********
                Tak terasa waktu pun telah berlalu. Detik demi detik pun berjalan. Matahari pagi pun bermetafora menjadi bulan malam yang dikelilingi oleh ribuan bintang nan indah. Pemandangan di luar jendela pun menjadi gelap. Hanya tampak sang rembulan dan taburan bintang bergelantungan di langit. Pramugari kereta yang sedari tadi mondar-mandir menjajakan makananpun ikut menghiasi pemandangan kala itu. Jam pun menunjukkan pukul 19.05 yang mengartikan bahwa jadwal makan malam dimulai.
“mbak,,mau pesan makanan?” celetuk sang pramugari.
“oh iya,,saya pesan nasi goring dan air mineral ya mbak.” Jawab Rima.
“ibu mau pesan apa?”tanya  pramugari pada ibu disamping Rima
“oh,,,sudah…terima kasih” jawab sang ibu.
                Kemudian pramugari pun mencatat pesanan dan beranjak pergi menghampiri penumpang kereta yang lain.
“sampai Semarangnya nanti jam berapa bu?uda ada yang jemput kan?”  tanya Rima
“mungkin nanti sampai semarang sekitar jam 11 malam. Anakku yang nomer 3 sudah stand by di stasiun nak.”
“oh,,,,,kalo boleh tau putra putri ibu ada banyak ya?”
“aku punya 4 anak, dan semuanya cowok. Padahal dari dulu aku pengen banget punya anak cewek. Tapi sama Gusti Allah aku di paringi anak cowok kabeh. Anakku yang pertama kerja di Jakarta yang kemarin aku jenguk. Anakku yang kedua kerja di Malang. Anakku yang ketiga dan yang terakhir di Semarang. Putuku uda dua dan itu cowok semua.”
“kalo lebaran rame dong bu....bisa ngumpul sama anak-anak, menantu dan cucu.”
“tapi suamiku uda lama meninggal nduk, ya begini lah rasanya jadi single parent kemana-mana sendiri. Anakku yang belum menikah ada dua nduk, mau tak pek mantu?” gurau sang ibu.
“ah..ibu ni bisa aja,,uda lama ya ibu ditinggal suami??” jawab Rima
“ya lumayan nak,,mungkin ada tiga tahunan kali ya”
“permisi mbak…ini pesanan nasi goring sama air mineralnya” kata pramugari tiba-tiba sambil menyodorkan sepiring nasi dan sebotol air mineral.
“oh..terima kasih mbak” balas Rima.
“bu,,,saya makan dulu ya…ibu malam ini beneran tidak mau makan nasi?” tanya Rima cemas.
“gak popo nduk
                Obrolan yang mereka lakukan tak ada henti-hentinya. Mereka saling bertukar cerita dan berceloteh tiada hentinya. Tak terasa waktu berjalan terasa begitu cepat. Kereta Bangunkarta ini hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu saja yaitu Pasar senen, Jatinegara, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang tawang, Solo Jebres, Walikukun, Paron, Madiun, Caruban, Nganjuk, Kertosono, Jombang. Tak terasa kereta Bangunkarta pun telah sampai di stasiun pekalongan. Sekitar satu jam lagi kereta akan sampai di stasiun Semarang.
“oalah nduk.. ternyata keretanya sudah nyampek stasiun Pekalongan. Kok cepet ya?” kata sang ibu
“iya ni buk,,,gak terasa.” tegas Rima
Tiba-tiba si ibu terdiam sejenak, dan berkata “nak, kamu ngrasain dingin gak?”
Memang saat itu ruangan kereta terasa dingin,karena kereta ini di lengkapi AC. Malam yang begitu dingin, ditambah AC yang tak di matikan bagaikan terkurung dalam lemari es. Suhu didalam kereta kala itu menunjukkan 19o C.
“ibu kedinginan?apa perlu saya panggilkan pramugarinya?ini selimut saya ibu pakai saja.” Kata Rima cemas
“eng,,eng,,gak usah nak,,” jawab ibu agak sengal
“aku harus gimana ini??apa yang harus aku lakukan??bagaimana ini?” batin Rima sembari menyelimuti sang ibu dengan selimut miliknya.
                Semakin lama sang ibu susah bernafas,, nafasnya tak teratur,,telapak tangan sang ibu menggenggam sekuat tenaga. Rima yang duduk di samping sang ibu berusaha mencari-cari obat asma di dalam tas. Rima semakin bingung,, dan dia pun teriak,,,”mbaak…tolong,,,ini ada penumpang sakit”. Semua orang di gerbong kereta  empat yang sedang menikmati mimpinya pun terbangun kaget karena teriakan Rima.
                Tak lama kemudian sang pramugaripun datang dengan membawa kotak P3K. dengan sigap mereka menolong sang ibu,, Rima pun diam dan hanya mampu berdoa,,
“selamatkan ibu ini Ya Rabb” doa Rima dalam hati. Suasana pun menjadi mencekam. Saat Rima merogoh tas sang ibu, dia menemukan sebuah inhalan milik sang ibu. Tak berpikir panjang lagi, ia memasangkan inhalan ke mulut dan hidung sang ibu yang dibantu para pramugari kereta. Akhirnya sang ibu agak sedikit bernafas lega. Dan ia pun tertidur lemas tak berdaya.
                Tiba-tiba suara ponsel berdering..Rima pun bergegas mengambil ponsel yang berada dalam tas sang ibu. Kemudian dia menatap layar ponsel tersebut. “Ardiansyah memanggil” tulisan itu terpajang di layar ponsel. Tak lama kemudian ia mengangkat telp.
“halo….ibu sudah sampai dimana?” terdengar suara seorang cowok di dalam ponsel
“oh..ini mas Ardiansyah ya?”
“iya benar”
“begini mas, asma ibu anda kambuh, sekarang lagi di tangani oleh pramugari kereta api.”
“hah….ini dengan siapa ya? “
“saya Rima,”
“Ibu saya gimana?”
“ibu anda sudah agak baikan mas.”
“sekarang posisi kereta dimana mbak?
”Sekarang sudah melewati stasiun Pekalongan. Sebentar lagi akan  sampai di stasiun semarang. Ibu anda masih dalam keadaan lemas.”
“mbak tolong jagain ibu saya,,saya masih dalam perjalanan menuju stasiun. Sepuluh menit lagi saya akan sampai stasiun.”ujarnya dan menutup telponnya.
Tiba-tiba “Rima,,bisa bantu antarin ibu turun di stasiun ndak nak?” kata sang ibu lemas
Rima pun agak sedikit bingung. Melihat wajah sang ibu yang lemah tak berdaya membuat Rima tidak bisa menolak permohonan ibu. “baiklah bu.” Jawab Rima
                Akhirnya semua barangpun diturunkan termasuk barang Rima. Tak lama kemudian, kereta sampai di stasiun Semarang. Aku dan sang ibu pun turun dan di bantu beberapa pramugari kereta mengangkat tas-tas mereka.
                Sembari menunggu anak sang ibu datang.. Rima mencari teh hangat untuk sang ibu. Tak lama kemudian, sesosok lelaki tinggi, hidung mancung, berkulit sawo matang dengan rambut ikal dan mata yang agak sipit, berkaca mata pun menghampiri sang ibu. Rima pun kaget setengah mati melihat sosok yang tak asing baginya.
“bukannya itu Ardian kakak kelasku waktu SMA dulu?bukannya dia temen sekelas kak Rina?” batinnya.
Dulu Rima pernah punya kakak kelas yang bernama Ardiansyah yang merupakan teman kakaknya, Rina. Dia merupakan seorang cowok yang sangat berarti bagi Rima. Sewaktu Ardian kelas 3 SMA, dia pindah sekolah dan tak ada satupun yang tau kenapa  dan kemana dia pindah.
“lo…ini bukannya Rima adek kelasku waktu SMA dulu?” Kata Ardian kaget
Rima pun terdiam. Bingung harus jawab bagaimana.”i…iii iya….” Jawab Rima gugup.
“bunda..bagaimana ini bisa terjadi??bunda baik-baik saja kan?”tanya Ardian cemas
“gak papa nak..untung ada nak Rima yang mau bantuin bundamu ini” ujar sang ibu.
“makasih ya Ma..uda bantuin bundaku. Ternyata yang bantuin bundaku adalah orang yang uda lama tak ketemu”
“iya Ar..tak pa pa…biasa aja lah..jangan gitu…aku juga gak tau kalo ini bundamu. Gak usah sungkan gitu”. Balas Rima malu.
“ya uda..besok kamu, aku anterin pulang ke Solo naik kereta Pandan Wangi yang berangkat jam 12.30 aja. untuk sekarang, kamu nginep di rumahku dulu,,sekalian nunggu pagi.” Kata Ardian lugas.
“iii…iiiya,,,makasi ya Ar” jawab Rima tertegun
                Kemudian ardiansyah pun bergegas lari menuju loket untuk pesan tiket kereta yang akan mereka naiki esok. Rima masih merasa senang, kaget, bingung, tak percaya. “apakah ini mimpi?” batinnya. Kemudian Rima mengambil ponsel dan memberitau ibunya bahwa ia pulang telat dan menceritakan semua yang dia alami saat ini.
                Sambil menunggu Ardian selesai memesan tiket, Rima duduk disebelah bunda Ardian.
“oalah…ternyata kamu to,, nak Rima yang selalu di ceritakan sama Ardian” kata sang ibu
“heh…saya?” Rima kaget setengah mati,,serasa jantung tak berdetak. “apa maksut dari perkataan bunda Ardian ini??” batin Rima
“dulu itu Ardian selalu cerita, kalau dia suka sama adek kelas dia di SMA namanya Rima. Tapi karena kakak dari nak Rima ini gak bolehin Ardian deket-deket ma nak Rima, ya sudah Ardian hanya bisa diam.” Ujar sang ibu
“kata Ardian, kakak nak Rima ndak  mau kalau nanti nak Rima sakit hati karena Ardian harus pindah saat kelas tiga SMA. Ya sudah, akhirnya Ardian mengurungkan niatnya untuk ngomong ke nak Rima. Kata Ardianm dia tau kalo nak Rima juga suka ma nak Ardian. Ya to?” Tambahnya
“ii…yaaa…” jawaban itu keluar dari bibir Rima secara tiba-tiba. Tak lama kemudian air mata Rima pun jatuh,, tak kuasa Rima berlama-lama membendung air matanya. Bunda Ardian pun memeluk Rima yang tak kuasa menahan air matanya. “Ternyata selama ini, Ardian…………” batinnya sesak
Tak lama kemudian Ardian datang menghampiri mereka.
oalah…iki to le sing jenenge Rima. Memang kamu gak salah milih le.”tanya  sang bunda
“ia nda,,,dia adalah Rima yang aku tunggu selama ini, tapi lebih baik kita sementara ini berteman dulu nda,,agar lebih mengetahui satu sama lain ” kata Ardian
“mungkin ini jalan yang terbaik untuk kita semua” kata Rima sambil mengusap air matanya..

“kalo jodoh gak bakal lari kemana-mana.nek emang jodoh mesti bakal ketemune” kata sang ibu
“Ternyata pengalaman pertamaku pulang kampung dengan kereta senja membuatku menemukan sesuatu yang telah hilang dalam hidupku selama ini dan menjawab  misteri dalam hidupku.” Batin Rima
----The end----





ANALGETIK DAN HUBUNGAN DOSIS RESPON

I.                   TUJUAN
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
1.      Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesic suatu obat.
2.      Mampu mengobservasi dan menyimpulkan perubahan respon akibatpemberian berbagai dosis analgetika.
3.      Mampu membuat kurva hubungan dosis respon.

II.                DASAR TEORI

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungnan dengan adanya potensi kerusakan jarinngan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.Nyeri yang dimilliki setiap orang berbeda-beda. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni 44-450 C. mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas dikulit, mukosa, dan jaringan lainnya. Nouceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang sangat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum lanjutan dan otak tengah.Dari thalamus impuls dilanjutkan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Adapun mediator nyeri yang disebut juga autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, lekotrien dan prostaglandin. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma .Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali.Jadi, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri.Untuk setiap orang, ambang nyeri adalah konstan.
Obat yang digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, dan akhirnya memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita disebut ddengan analgetik.Analgetik juga merupakan zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghalangi kesadaran.
Berdasarkan efek farmakologisnya, analgetika dapat dibagi dalam 2 kelompok besar :
1.      Analgetika perifer (non-nakotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
2.      Analgetika sentral (narkotik), khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada froctura dan kanker. Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.
Prinsip pengujian efek analgetik secara eksperimental pada hewan percobaan adalah mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri yang ditimbulkan secara eksperimental, yang timbul dengan cara-cara fisik ataupun cara-cara kimia.Metode yang digunakan pada percobaan kali ini adalah metode jentik ekor (Tail Flick) dan metode pelat panas (Hot Plate).Obat analgetik yang digunakan adalah tramadol dan novalgin.

Tramadol
Tramadol adalah analog kodein sintetik yang meruapakan agonis reseptor μ yang lemah.Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin dan serotonin.Tramadol sama efektif dengan morfin atau mepedrin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Untuk nyeri persalinan tramadol sama efektif dengan mepedrin dan kurang menyebabkan depresi pernapasan pada neonates.
Bioavailabilitas tramadol setelah dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila digunakan secara IM. Afinitas terhadap reseptor μ hanya 1/6000 morfin, akan tetapi metabolit utama hasil demetilasi 2-4 kali lebih poten dari obat induk dan berperan untuk menimbulkan efek analgetiknya. Preparat tramadol merupakan campuran rasemik, yang lebih efektif dari masing-masing enansiomernya.Enansiomer (+) berikatan dengan reseptor μ dan menghambat ambilan serotonin.Enansiomer (-) menghambat ambilan norepinefrin dan merangsang reseptor α2- adrenergik. Tramadol mengalami metabolism di hati dan eksresi oleh ginjal,dengan masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam stetelah penggunaaan secara oral, dan mencapai puncak selama 2-3 jam.Lama analgesia selama sekitar 6 jam.Dosis maksimum per hari yang dianjurkan adalah 400 mg.
Efek samping yang umum terjadi adalah mual, muntah, pusing, sedasi, mulut kering, dan sakit kepala.Depresi pernapasan nampaknya kurang dibandingkan dengan dosis ekuianalgetik morfin, dan derajat konstipasinya kurang daripada dosis ekuivalen kodein.Tramadol dapat meyebabkan konvulsi atau kambuhnya serangan konvulsi. Depresi napas akibat tramadol dapat diatasi oleh nalokson akan tetapi penggunaan nalokson meningkatkan risiko konvulsi. Analgesia yang ditimbulkan oleh tramadol tidak dipengaruhi oleh nalokson.

Novalgin (dipyrone/ metamizole sodium)
Dipyrone (metamizole) adalah obat antiinflamasi non steroid. Mekanisme dipyrone sama denganobat-obat NSAID lainnya, yaitu menghambat produksi prostaglandin. Metamizole  Na  adalah  derivat  metansulfonat  dari  aminopirin  yang mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole  Na  bekerja  sebagai  analgesik,  diabsorpsi  dari  saluran pencernaan mempunyai waktu paruh 1-4 jam.
Setelah pemberian oral, dipyrone dengan cepat dihidrolisis dalam saluran pencernaanmenjadi metabolit aktif 4-metil-amino-antipyrine.Dipyrone juga cepat tidak terdeteksi dalamplasma setelah pemberian secara intravena. Tak satu pun darimetabolit dipyrone secara luas terikat pada protein plasma.Sebagian besar diekskresikan dalam urin sebagai metabolit.
Dipyrone adalah sulfonat natrium dari aminophenazone.Karena risiko efek samping yang serius di banyak negara penggunaannya  hanya dalamrasa sakit yang berat atau demam di mana tidak tersedia obat alternatif tidak lain. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan dipyrone adalah meningkatkan risiko agranulositosis.
III.             ALAT dan BAHAN
Alat  :  1. Timbangan hewan                           Bahan  :   1. Novagin 400 mg/kgbb, 500 mg/kgbb
            2. Alat suntik                                                      2. Tramadol 30mg/kgbb, 40mg/kgbb
            3. Kapas                                                              3. Alkohol
            4. Stopwatch                                                       4. Mencit 2 ekor
            5. Hotplate
            6. Gelas kimia
            7. Thermometer
         IV. PROSEDUR KERJA
Timbang masing-masing berat badan mencit, di beri tanda dan catat.Kemudian hitung VAO pada masing-masin mencit dengan menggunakan dosis dan konsentrasi obat yang digunakan.
·         Metode Jentik Jari
 Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa air panas dengan suhu 50OC dimana ekor mencit dimasukkan ke dalam air panas, maka nanti mencit akan merasakan nyeri Panas yang ditandai dengan mencit menjentikkan (mengangkat) ekor keluar dari air panas tersebut.
1.   Ambil mencit yang telah ditimbang dan ditandai serta yang telah dihitung VAO nya.
2.   Sebelum mencit diberi obat, (a)  masukkan ekor mencit ke dalam air panas dengan suhu 50OC, tunggu hingga mencit menjentikkan (mengangkat) ekornya dan catat waktu lamanya mencit menjentikkan ekornya dengan stopwatch.
3.   Oleskan alkohol di bagian perut mencit dengan menggunakan kapas, dan suntikkan obat dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit secara inta peritoneal.
4.   Pengamatan dilakukan pada menit ke 5, 15, 30 dan 60 setelah pemberian obat dengan prosedur (a).
5.   Buat tabel hasil pengamatan dengan lengkap
6.   Gambar kurva hubungan antara dosis yang diberikan terhadap respon mencit untuk stimulus nyeri.
·         Metode Pelat Panas (Hotplate)
Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa hotplate yang panas dengan suhu  suhu 50-55OC dimana kaki mencit diletakkan ke atas hotplate, maka nanti mencit akan merasakan nyeri panas yang ditandai dengan mencit mengangkat kakinya atau lari dari hotplate dan menjilati kakinya. Rata-rata hewan mencit akan memberikan respon dengan metode ini dalam waktu 3 sampai 6 detik.
1.   Ambil mencit yang telah ditimbang dan ditandai serta yang telah dihitung VAO nya.
2.   Sebelum mencit diberi obat, (a)  letakkan mencit diatas hotplate panas dengan suhu 50-60OC, tunggu hingga mencit mengangkat kaki atau lari dari hotplate sebagai waktu respon dan catat waktu lamanya mencit menenerima respon dengan stopwatch.
3.   Oleskan alkohol di bagian perut mencit dengan menggunakan kapas, dan suntikkan obat dengan dosis yang telah dikonversikan ke dosis mencit secara inta peritoneal.
4.   Pengamatan dilakukan pada menit ke 5, 15, 30 dan 60 setelah pemberian obat dengan prosedur (a).
5.   Buat tabel hasil pengamatan dengan lengkap
6.   Gambar kurva hubungan antara dosis yang diberikan terhadap respon mencit untuk stimulus nyeri.

V.                DATA PERHITUNGAN
                       
Mencit 1                                  Mencit 2
Berat ember kosong : 250,5gr                294gr                                       288gr
                      
·         Berat mencit 1 : 250,5-294 = 43,5 gr
·         Berat mencit 2 : 250,5-288 = 37,5gr

Obat  Novalgin 500mg ,dengan konsetrasi obat 500mg/ml
1.      VAO = 0,0435 kg x 500 mg/KgBB = 0,0435 ml (hotplate)
500 mg/ml
2.      VAO = 0,0375 kg x 500 mg/KgBB = 0,0375 ml (tail flick)
500 mg/ml
NB : Lakukan perhitungan yang sama seperti diatas untuk memperoleh nilai VAO pada tramadol. Sehingga diperoleh data seperti dibawah ini.
VI.             DATA PENGAMATAN
1.      Tail Flick
Kelompok
BB (kg)
VAO (ml)
Obat yang Digunakan
Pengamatan Pada Menit ke- (detik)
0
5
15
30
45
60
1
0,0345
0,0276
Novalgin
3,33
4,00
4,44
 3,88
 4,56
2
2
0,03
0,024
Novalgin
10,93
2
6
5
4
1
3
 0,0375
0,0375 
Novalgin 
 2
6
6,57 
12,18 
10,01 
 3,37
4
0,0303
0,024
Tramadol
2,31
8
5,29
5,72
7,5
6,16
5
0,0365
0,0292
Tramadol
1
8,1
2,9
8,6
3,5
1,8
6
0,0345
0,0207
Tramadol
9.38
1.00
0.44
2.57
1.58
-

2.      Hot Plate
Kelompok
BB (kg)
VAO (ml)
Obat yang Digunakan
Pengamatan Pada Menit ke- (detik)
0
5
15
30
45
60
1
0,0355
0,0284
Novalgin
1,35 
1,23 
2,20 
1,20 
1,20 
2
0,0255
0,0204
Novalgin
2,4
2,4
0,6
2,5
1,4
0,7
3
 0,0435
0,0435 
Novalgin 
 1
2,2 
1
0,93 
0,89 
4
0,0331
0,026
Tramadol
0,88
0,64
0,7
0,58
0,7
2,23
5
0,0455
0,0292
Tramadol
1
1,95
1,39
0,94
0,66
0,91
6
0,0345
0,0207
Tramadol
7.87
7.12
4.86
2.48
3.37
2.97

      Grafik
1.      Jentik ekor




2.      Hot Plate


VII.          PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan obat dalam hal ini adalah tramadol dan novalgin, untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri.Sensasi nyeri ditimbulkan secara eksperimental dengan menggunakan metode hot plate dan jentik ekor.Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit.
Pada praktikum kali ini kita akan membandingkan efek dari obat Novalgin dan Tramadol yang berkhasiat sebagai analgesik. (perhatikan grafik diatas ). Dari data di atas diketahui bahwa pada  metode Tail Flick dan hot plate obat yang paling lama memberikan efek analgesik adalah Novalgin, karena pada obat ini mencit dapat merasakan respon nyeri lebih lama dari obat tramadol. Sedangkan berdasarkan literature, tramadol memiliki efek analgetik yang lebih kuat dari pada novalgin. Karena tramadol memiliki Bioavailabilitas yang lebih baik dari novalgin,yaitu pada dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila digunakan secara IM. Selain itu, waktu paruh dari tramadol lebih lama dari novalgin, pada tramadol waktu paruhnya adalah ± 6 jam dan waktu paruh novalgin hanya 1-4 jam.
Pada praktikum ini antara data dan literature terjadi perbedaan hasil.Menurut literature analgetik yang lebih kuat adalah tramadol dari pada novalgin sedangkan dari data praktikum analgetik yang lebih kuat adalah novalgin. Ketidaksamaan antara  data praktikum dengan literature ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain air yang digunakan untuk praktikum pada metode Tail Flick dan suhu hot plate tidak tepat pada suhu 50OC (bisa kurang atau lebih dari 50OC sehingga mencit dapat lebih cepat/lebih lambat menerima respon dari yang seharusnya, selain itu pada metode Tail Flick pemegangan mencit oleh praktikan tidak memberikan rasa nyaman pada mencit sehingga mencit lebih cepat menggerakkan ekornya dari waktu yang seharusnya. Faktor yang lainnya adalah kekurang telitian dari praktikan dalam proses pengamatan gerak mencit ketika menerima respon yang di berikan.
Berdasarkan data percobaan metode hot plate dan jentik ekor, dapat dilihat bahwa metode hot plate lebih sensitive dibandingkan dengan metode jentik ekor.Hal ini dapat disebabkan karena pada metode hot plate bagian tubuh yang menerima sensasi nyeri adalah kaki sedangkan pada metode jentik ekor bagian tubuh yang menerima sensasi nyeri adalah ekor.Adanya perbedaan reseptor nyeri inilah yang menyebabkan metode hot plate lebih sensitive dibandingkan dengan jentik ekor.Karena berdasarkan literature bagian kaki memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan ekor sehingga bagian kaki cenderung lebih cepat memberikan respon terhadap nyeri.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok kami diperoleh hasil bahwa pada penggunaan novalgin dalam metode hot plate, mulai dari 0 menit setelah pemberian obat sampai menit ke-5 terjadi kenaikan dari efek obat analgesic.Hal tersebut terlihat dari semakin lama nya waktu yang dibutuhkan mencit untuk menahan sensasi nyeri.Sedangkan pada menit ke-15 sampai menit ke-60 terjadi penurunan efek dari obat analgesic, karena waktu yang dibutuhkan mencit untuk menahan sensasi nyeri semakin berkurang.Sedangkan penggunaan novalgin pada metode jentik ekor, penurunan efek analgesik terjadi pada menit ke-30 sampai menit ke-60.Penurunan dari efek analgesi tersebut membuktikan bahwa pada menit ke-15 – 30 telah terjadi eliminasi obat di dalam tubuh hewan percobaan.
Grafiknya sebagai berikut ; Berdasarkan data pengamatan kelompok 3

Selain factor perbedaan jenis obat dan metode analgetik bisa dipengaruhi oleh perbedaan pemberian dosis, semakin besar dosis maka efek menahan nyerinya juga semakin lama,begitu juga sebaliknya.Hal ini sesuai dengan data pengamatan diatas.

VIII.       KESIMPULAN
a.       Cara mengevaluasi efek analgesic bisa dilakukan dengan metode jentik ekor dan metode hot plate.
b.      Tramadol dan Novalgin, keduanya mempunyai efek analgesic.
c.       Waktu puncak Novalgin pada metode jentik ekor adalah menit ke-30, sedangkan pada metode hot plate adalah menit ke-15.
d.      Berbeda dari teori,hasil pengamatan penggunaan obat analgesic Novalgin mempunyai efek lebih bagus daripada Tramadol. Sehingga data percobaan tidak sesuai dengan teori.