Akhir-akhir ini banyak harga bahan pokok meroket tajam. Dimulai dengan kenaikan
beras, minyak goreng, kedelai, susu, telur, dan daging ayam yang semakin
mencekik rakyat menengah kebawah. Rakyat pun bingung harus makan apa lagi,
makanan yang merakyat seperti tempe dan tahu pun ikut naik akibat dari bahan
baku kedelai naik. Harga daging sapi, bawang merah dan bawang putih pun tak mau
kalah untuk meroket tajam. Harga daging
sapi di pasaran naik hampir 100 % dan yang tak kalah mengherankan adalah harga bawang merah dan bawang putih naik
hingga 600 %. Ini merupakan tamparan keras untuk pemerintah atas kebijakan yang
dibuat selama ini.
Bangsa Indonesia
masih tergantung dengan barang impor akibat dari konsekuensi dari
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sama sekali tidak memihak kepada petani dan
dunia pertanian. Setiap hari rakyat dicekoki
bahan-bahan impor oleh pemerintah. Hal ini yang memicu rakyat lebih
ketergantungan terhadap hasil impor daripada hasil lokal. Hasil impor inilah
yang menyebabkan momok para petani dalam
semangat bercocok tanam. Lahan pertanian yang seyogyanya digunakan untuk
bercocok tanam malah digusur untuk pembangunan perumahan dan perindustrian.
Dahulu Indonesia
sukses menekspor hasil pertaniannya. Sandang dan pangan tersedia secara
melimpah dan tersebar secara merata di seluruh tanah air. Hal ini dibuktikan
dengan pencapaian swasembada pangan pada
tahun 1985 menjadikan negara Indonesia sebagai contoh sukses bagi negara
berkembang lainnya untuk mengentaskan masyarakat dari kelaparan dan kekurangan
pangan. Sehingga Indonesia memperoleh predikat sebagai negara agraris.
Sayangnya
kelimpahan pangan di Indonesia saat ini menurun. Bahan pangan tak tersebar
merata hingga pelosok Indonesia. Hal ini yang menyebabkan kelangkaan bahan pangan di daerah tertentu
yang memicu peroketan harga bahan pangan. Apakah Indonesia saat ini masih
pantas menyandang predikat negara agraris?.
Agar hasil
pertanian lokal tidak kalah dengan hasil
pertanian impor maka harus dibarengi dengan penggunaan tehnologi yang modern
sehingga produk lokal tak kalah bersaing dengan produk impor. Para pemegang
kebijakan seharusnya merangkul para petani dan membangun sarana prasarana serta
memberikan pendidikan untuk para petani dan calon petani agar menghasilkan
produk pertanian yang unggul. Selain itu, membuat kebijakan dalam penataan lahan yang meliputi penetapan lahan abadi untuk pertanian sehingga tidak
terjadi penyempitan lahan pertanian. Dengan demikian bahan impor tak menjadi
momok lagi bagi para petani.
Posting Komentar