“100% terbuat dari herbal alami, bebas efek samping” biasanya
kalimat tersebut sering tertulis di brosur obat herbal yang merupakan iming-iming
tawaran dari produk obat herbal. Selain itu agar lebih menarik lagi terdapat gambar
tumbuhan yang segar, bewarna cerah dan menarik untuk di pandang, sehingga membuat
tak sedikit masyarakat ikut terhipnotis beralih ke obat herbal. Ingin sembuh,
langsing, cantik, lebih menawan secara instan tanpa merasakan sakit dan tak perlu
bersusah payah melakukan terapi merupakan faktor utama pasien memilih obat
herbal. Selain itu, banyak terjadinya malpraktek di dunia medis merupakan salah
satu faktor penyebab masyarakat beralih ke obat herbal dan banyak rumor yang
berkicau bahwa obat-obat sintetik lebih berbahaya dan menimbulkan banyak
komplikasi. Mereka berpikir bahwa obat herbal tidak memiliki efek samping sama
sekali.
Terjaminnya tak ada efek samping dari obat herbal menyebabkan orang-orang berlebihan dalam mengkonsumsinya agar penyakit dapat disembuhkan dengan cepat. Padahal segala sesuatu yang digunakan secara berlebihan itu tak baik. “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’am : 141).
Obat herbal
ataupun sintetik jika digunakan secara berlebihan tetap akan menimbulkan efek
samping. Contohnya, pada penderita hipertensi, jika pasien ini meminum jus
mentimun secara berlebihan, tanpa adanya dosis maka tekanan darah pun akan
turun drastic yang dapat menyebabkan hipotensi. Juga pada penderita diare, jika
mengkonsumsi daun jambu biji secara berlebihan dan tak sesuai dosis dapat
menyebabkan konstipasi. Selain itu, lama penyimpanan obat herbal (jamu) tidak
ada kepastian yang signifikan.
Segala sesuatu
pasti ada kekurangan dan kelebihannya termasuk obat herbal. Kelebihan dari obat
herbal diantaranya adalah harganya lebih terjangkau, memiliki efek samping yang
relative kecil, tidak menimbulkan rasa sakit, mudah di dapat dan mudah cara
penggunaannya. Namun obat sintetik juga memiliki kelebihan, diantaranya obat
sintetik sudah melalui pengujian ilmiah, dosis sudah diketahui, lebih stabil
dan memiliki efek farmakologi yang besar.
Meskipun obat
herbal dipandang tak memiliki kekurang namun kekurangan dari obat herbal tak
kalah banyak jika dibandingkan dengan obat sintetik. Diantaranya adalah obat
herbal masih belum terbukti ilmiah, standar atau bahan baku sering berubah
dalam takaran maupun ramuannya, mudah tercemar mikroorganisme, dosis yang tidak
jelas, efek farmakologisnya lemah, pemasaran obat herbal tidak seketat obat
sintetik yang menyebabkan kualitas dari obat herbal di pasaran belum tentu
baik. Obat herbal juga tidak dapat menyembuhkan penyakit yang bersifat
traumatic serius seperti contohnya patah tulang, radang usus buntu dan pasien
diabetes mellitus tipe 1. Selain itu pengobatan herbal dapat berinteraksi
dengan obat sintetik (konvensional).
Hal ini di
perparah jika ada pasien menggunakan kombinasi antara obat herbal dan obat
sintetik agar dapat sembuh dengan cepat. Pasien yang ingin mengobati
penyakitnya dengan obat herbal harus memperhatikan terjadinya interaksi obat.
Contohnya mengkonsumsi ginseng yang dibarengi dengan obat digoksin akan
meningkatkan kadar digoksin dalam darah yang dapat menyebabkan efek toksik1.
Atau bunga elder (Sambucus nigra L) yang berkasiat sebagai antitusif
jika di berikan dengan morfin dalam jangka waktu yang berbeda juga akan
memberikan efek yang berbeda. Contohnya pada menit ke 90 setelah pemberian
morfin maka dapat menurunkan efek analgesik morfin, pada menit ke 150 setelah pemberian morfin maka
bunga elder tidak mempengaruhi efek analgesik morfin dan pada menit ke 10 setelah pemberian morfin maka terjadi peningkatkan
efek analgesik morfin. Orange jus (Citrus
aurantium L) yang banyak memiliki khasiat pun juga berbahaya jika
dikombinasi dengan Felodipin (obat hipertensi) yang dapat meningkatkan kadar
felodipin dalam darah yang menyebabkan toksik, ataupun pada Dextromethorphan
(antitusive) yang dapat meningkatkan absorpsi Dextromethorphan (tak berefek).2
Sebenarnya obat
sintetik maupun obat herbal tidak akan berbahaya jika penggunaannya tepat,
sesuai dosis dan rasional. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat, maka
pasien perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Kesembuhan tidak akan
tercapai jika hanya mengkonsumsi obat namun tidak di barengi dengan pola hidup
sehat, olah raga dan istirahat yang cukup.
Persoalannya
adalah apakah para pengguna obat herbal berkenan untuk berkonsultasi ke tenaga
kesehatan? Persoalan ini muncul karena trauma yang terjadi pada masyarakat
tentang malpraktek dan konsultasi kepada tenaga kesehatan memerlukan biaya yang
tak sedikit.
Catatan
:
1Jurnal ilmiah “Elevated serum digoxin levels in a
patient taking digoxin and Siberian ginseng”
2Williamson, Elizabeth dkk. Stockley’s Herbal Medicines
Interaction. 2009. London: Pharmaceutical Press.