Home » Archives for 2013
PSM (PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN
PSM " PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN"
Okee,,, sekarang kita akan melancong
ke Provinsi Jawa-Timur….dimana di Provinsi ini terdapat sebuah Kabupaten yang
dekat dan bertetanggaan dengan Provinsi Jawa-Tengah yaitu Magetan… di kabupaten
ini terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama PSM “Pesantren Sabilil
Muttaqien.
Mbah Kiyai Khalifah berasal dari Kebondalem Kemusuk Argomulyo Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau memiliki putra yang bernama Mohammad Jaiz
yang menuntut ilmu (nyantri) di pesantren Tegalrejo, Semen, Nguntoronadi.
Pesantren tersebut didirikan oleh K.H Abdurrahman. Kemudian Mbah Mohammad Jaiz
diambil mantu oleh K.H Muhammad Ilyas (merupakan seorang Fuqoha’ dan penghulu
di wilayah Gorang-Gareng, Magetan), dinikahkan dengan putrinya yang bernama Siti
Insiyah yang merupakan cucu dari K.H Abdurrahman. Selanjutnya Mbah Mohammad
Jaiz diberi nama atau dipanggil dengan nama Mbah Hasan Ulama. Dari
perkawinan tersebut melahirkan 7 putra-putri, yaitu :
- KH. Imam Muttaqien (Takeran)
- Siti Masyrifah/ Ny. Imam Tafsir (Takeran)
- Ky. Muhammad Umar (Takeran)
- Siti Kuning/ Ny. Ky. Sahid (Takeran)
- Siti Melok/ Ny. Muhammad Sareh (Kebondalem Takeran)
- Siti Melik/Ny. Ky. Abu Syukur Salim (Takeran)
- Farilahut/Ny. Sakeh (Takeran)
Mbah Kiyai Hasan Ulama’ bersama
mertuanya babat dan merintis tempat pemukiman di Nglorok Takeran, yang kemudian
didirikan masjid dan Pesantren dengan nama Pesantren Takeran pada tahun 1303 H.
Setelah didirikan Pesantren Takeran untuk memperkuat posisi Pesantren Takeran,
mbah Ky Hasan Ulama’ mengajak saudaranya yang berasal dari Kemusuk Kebondalem
Argomulyo, Bantul Yogyakarta sebagai magersari, diantaranya:
- Ky. Hasan Thoiron bertempat di Takeran Lor
- Ky Hasan Mukarom bertempat di Landangan – Takeran
- Ky Hasan Mukmin bertempat di Nglorog Takeran
Dan ada beberapa sahabat beliau yang
ikut membantu memperkuat Pesantren Takeran, yaitu:
- Ky. Moh. Zaid dari Kertosono yang tinggal di Nglorog Takeran
- Ky. Hasani dari Ponorogo yang tinggal di Mangu Takeran
- Ky. Hasyim bin Ky. Hanafi Brangkal Kedungpanji yang tinggal di Kunti Takeran
- Mbah Lurah Ngampon Takeran
Dan masih banyak lagi sahabat beliau yang lain, apalagi
setelah beliau diamati menjadi Mursyid Thoriqoh Syathoriyah dari
Pesantren Tegalrejo. Diceritakan bahwa beliau mendapat amanat sebagai Mursyid
Thoriqoh Syathoriyah setelah menyelesaikan tahapan-tahapan/muqom dengan lakon
dan pitukon yang telah ditentukan, dengan bimbingan dari Guru/Washitah mursyid
sebelumnya yaitu Mbah K.H Sari Muhammad, Bogem Ponorogo dan Mbah Nyai Harjo
Besari binti K.H Abdurrahman yang juga merupakan Mursyid Thoriqoh Syathoriyah.
Setelah Mbah Kyai Hasan Ulama’
memegang Mursyid Thoriqoh Syathoriyah dan mendirikan Pesantren Takeran, beliau
meletakkan dasar-dasar atau azas Pesantren Takeran yang merupakan cikal bakal
Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) yang tercantum dalam Majmu’ah Risalah. Di
Majmu’ah Risalah tersebut tertulis bahwa “Mbah Kiyai Hasan Ulama’ mendirikan
Pesantren Takeran mempunyai maksud dan tujuan yaitu mendirikan dan mewujudkan
sumber pendidikan, pengajaran, dan penyiaran Islam seluas-luasnya”. Dasar
cita-cita beliau adalah “ Memancarkan pendidikan luas tentang Islam sehingga
Pesantren ini dapat mengeluarkan sebanyak-banyaknya orang yang cakap dan
luas serta tinggi kefahamannya tentang agama
Islam rahin berbakti dan beramal kepada masyarakat, berdasarkan Taqwa kepada
Allah, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu (terpelajar), beramal
dan bertaqwa”.
Berikut wasiat Mbah Kiayi Hasan
Ulama’ untuk putro wayah/putro murid sebagai pedoman kehidupan, wasiat/
Dedawuhing Guru tersebut diantaranya:
- OJO KEPENGEN SUGIH, LAN OJO WEDI MLARAT
- PILIH NGENDI,SUGIH TANPO IMAN OPO MLARAT ANANGING IMAN
- OJO DEMEN NGUDI PENGARUHING PRIBADI, KANG ONO DI OPENI KANTHI TEMENAN, OJO KESENSENGSEM GEBYARING KADONYAN, KANURAGAN LAN PENGAWASAN DUDU TUJUAN. TOPO NGRAME LAKONONO
- SUMBER BENING ORA BAKAL GOLEK TIMBHO
- OJO DEMEN OWAH-OWAH TATANAN PORO SEPUH, WAJIBE MUNG NGOPENI LAN NGLESTAREAKE
- OJO DEMI NYUNGGI KATHOKE MBAHE, AMAL SHOLEH TINDAKNO
- NYAWIJI ING DALEM KAUTAMAAN, PISAH SAK JERONING KEMAKSIATAN, ING TEMBE BAKAL ONO TITI MANGSANE, ANAK PUTU ONO KANG NEMU EMAS SAK JAGO GEDHENE, ANANGING YO MUNG KANDEKNSAK MONO IMANE
- ORA LIWAT ANAK PUTUKU SING GUYUB RUKUN, DI PODO TANSAH NGRAMEAKE MASJID, TAK PANGESTONI SLAMET DONYO AKHIRAT
- OJO KENDAT TANSAH NINDAK AKE MUJAHADDAH TAUBAT, KOYO KANG WIS DI PARENGAKE GURU
j Jika ingin melihat sejarah PSM lebih jauh bisa klik http://sabililmuttaqien.blogspot.com/ :)
“Dahsyat!” Kekerasan Meningkat, Hukum Kurang Menjerat
Kekerasan yang terjadi di
berbagai wilayah Indonesia - Mulai dari aceh hingga Papua - kini sudah menjadi
trend. Banyak pemikiran masyarakat yang menyimpang dan berpikiran bahwa
kekerasan merupakan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Julukan
Indonesia sebagai “negara yang paling ramah” pun mulai dipertanyakan. Kerukunan
masyarakat mulai terkikis. Tindakan
anarkisme -terutama di ibu kota- tak
terelakkan. Kerusakan dan kerusuhan dari aksi anarkisme dan kekerasan
masyarakat tak dapat ditekan. Terlebih tindak kekerasan di ibu kota.
Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya bahwa kejahatan dengan kekerasan di
Jakarta pada semester pertama 2012, mencapai 331 kasus, hal ini melampaui angka
kejahatan dengan kekeraasan di tahun 2011 dengan 257 kasus dalam satu tahun.
Konflik-konflik yang berkepanjangan
dan tak kunjung usai, menjadikan masyarakat tumbuh tak beraturan dan brutal.
Tak ada sikap toleransi terhadap golongan yang berbeda. Rasa Bineka Tunggal Ika
masyarakat pun hilang. Kekerasan tak hanya terjadi antar kelompok tertentu.
Perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa pun tak luput dari ancaman
kekerasan. Organisasi yang bekerja untuk isu perempuan dan HAM beserta Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Aceh mencatat, sepanjang 2011
sampai 2012 telah terjadi 1.060 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak,
561 kasus telah dilakukan verifikasi dan analisa yang kemudian diketahui 73,6
persen di antaranya adalah kekerasan rumah tangga.
Dahsyatnya peningkatan kekerasan
yang terjadi di masyarakat mempertanyakan kekuatan hukum di negara ini. Banyak
masyarakat main hakim sendiri, seolah-olah tak ada hukum yang menengahi karena
penegakan hukum yang lamban. Kelambanan inilah yang memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya sendiri hingga seringkali
keluar dari jalur kaidah hukum yang berlaku.
Hal ini menunjukkan masyarakat semakin kehilangan kepercayaan terhadap
hukum yang berlaku akibat lemahnya sistem hukum dan pemimpin yang kurang
berwibawa di depan publik. Kekuatan hukum mulai melemah akibat dikendalikan
kekuasaan dan uang, sehingga hukum tidak dijadikan patokan utama bagi
masyarakat. Hukum yang harusnya bisa menjerat yang bersalah pun dipandang
sebelah mata oleh masyarakat.
Hukum seyogyanya bertindak adil
sehingga dapat membangun dan memperbaiki peradaban sosial masyarakat. Setiap
insan mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum, tak ada
pengecualian baik dari kalangan konglomerat hingga rakyat jelata. Jika mata rantai
tindak kekerasan ini tidak segera diputus dengan hukum yang tegas dan adil maka
kekuatan hukum rimba –yang kuat yang berkuasa- akan mendominasi.
Negara ini harus bekerja keras
memperbaiki kekuatan hukum agar bisa dijadikan panglima dalam menghadapi
kekerasan di masyarakat. Kewibawaan dan kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur
masyarakat harus ditingkatkan agar terbangunnya sistem hukum yang adil dan
tegas tercapai. Yang tidak kalah penting adalah partisipasi dari masyarakat
dalam menanamkan sikap toleransi dan saling memaafkan sehingga kekerasan pun
dapat diminimalisir.
Kala Kesempatan Tak Datang Dua Kali, Penyesalanpun Menggeregoti
Inilah karya saya pertama kali dimuat di sebuah media cetak...
namun yang sangat menyedihkan adalah, saya tak punya arsip dari tulisan dikoran tersebut. Hal ini menjadi teguran baru bagi saya,,,,,walaupun saya tidak memiliki arsip berupa pure koran namun alhamdulillah terdapat arsip yang di muat di internet...bagi temen2 yang memiliki koran sindo edisi tanggal 11 April 2013,,,bersediakah untuk dijual ke FARIDA :D....
Saat Obat Herbal Menjadi Bahaya
“100% terbuat dari herbal alami, bebas efek samping” biasanya
kalimat tersebut sering tertulis di brosur obat herbal yang merupakan iming-iming
tawaran dari produk obat herbal. Selain itu agar lebih menarik lagi terdapat gambar
tumbuhan yang segar, bewarna cerah dan menarik untuk di pandang, sehingga membuat
tak sedikit masyarakat ikut terhipnotis beralih ke obat herbal. Ingin sembuh,
langsing, cantik, lebih menawan secara instan tanpa merasakan sakit dan tak perlu
bersusah payah melakukan terapi merupakan faktor utama pasien memilih obat
herbal. Selain itu, banyak terjadinya malpraktek di dunia medis merupakan salah
satu faktor penyebab masyarakat beralih ke obat herbal dan banyak rumor yang
berkicau bahwa obat-obat sintetik lebih berbahaya dan menimbulkan banyak
komplikasi. Mereka berpikir bahwa obat herbal tidak memiliki efek samping sama
sekali.
Terjaminnya tak ada efek samping dari obat herbal menyebabkan orang-orang berlebihan dalam mengkonsumsinya agar penyakit dapat disembuhkan dengan cepat. Padahal segala sesuatu yang digunakan secara berlebihan itu tak baik. “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’am : 141).
Obat herbal
ataupun sintetik jika digunakan secara berlebihan tetap akan menimbulkan efek
samping. Contohnya, pada penderita hipertensi, jika pasien ini meminum jus
mentimun secara berlebihan, tanpa adanya dosis maka tekanan darah pun akan
turun drastic yang dapat menyebabkan hipotensi. Juga pada penderita diare, jika
mengkonsumsi daun jambu biji secara berlebihan dan tak sesuai dosis dapat
menyebabkan konstipasi. Selain itu, lama penyimpanan obat herbal (jamu) tidak
ada kepastian yang signifikan.
Segala sesuatu
pasti ada kekurangan dan kelebihannya termasuk obat herbal. Kelebihan dari obat
herbal diantaranya adalah harganya lebih terjangkau, memiliki efek samping yang
relative kecil, tidak menimbulkan rasa sakit, mudah di dapat dan mudah cara
penggunaannya. Namun obat sintetik juga memiliki kelebihan, diantaranya obat
sintetik sudah melalui pengujian ilmiah, dosis sudah diketahui, lebih stabil
dan memiliki efek farmakologi yang besar.
Meskipun obat
herbal dipandang tak memiliki kekurang namun kekurangan dari obat herbal tak
kalah banyak jika dibandingkan dengan obat sintetik. Diantaranya adalah obat
herbal masih belum terbukti ilmiah, standar atau bahan baku sering berubah
dalam takaran maupun ramuannya, mudah tercemar mikroorganisme, dosis yang tidak
jelas, efek farmakologisnya lemah, pemasaran obat herbal tidak seketat obat
sintetik yang menyebabkan kualitas dari obat herbal di pasaran belum tentu
baik. Obat herbal juga tidak dapat menyembuhkan penyakit yang bersifat
traumatic serius seperti contohnya patah tulang, radang usus buntu dan pasien
diabetes mellitus tipe 1. Selain itu pengobatan herbal dapat berinteraksi
dengan obat sintetik (konvensional).
Hal ini di
perparah jika ada pasien menggunakan kombinasi antara obat herbal dan obat
sintetik agar dapat sembuh dengan cepat. Pasien yang ingin mengobati
penyakitnya dengan obat herbal harus memperhatikan terjadinya interaksi obat.
Contohnya mengkonsumsi ginseng yang dibarengi dengan obat digoksin akan
meningkatkan kadar digoksin dalam darah yang dapat menyebabkan efek toksik1.
Atau bunga elder (Sambucus nigra L) yang berkasiat sebagai antitusif
jika di berikan dengan morfin dalam jangka waktu yang berbeda juga akan
memberikan efek yang berbeda. Contohnya pada menit ke 90 setelah pemberian
morfin maka dapat menurunkan efek analgesik morfin, pada menit ke 150 setelah pemberian morfin maka
bunga elder tidak mempengaruhi efek analgesik morfin dan pada menit ke 10 setelah pemberian morfin maka terjadi peningkatkan
efek analgesik morfin. Orange jus (Citrus
aurantium L) yang banyak memiliki khasiat pun juga berbahaya jika
dikombinasi dengan Felodipin (obat hipertensi) yang dapat meningkatkan kadar
felodipin dalam darah yang menyebabkan toksik, ataupun pada Dextromethorphan
(antitusive) yang dapat meningkatkan absorpsi Dextromethorphan (tak berefek).2
Sebenarnya obat
sintetik maupun obat herbal tidak akan berbahaya jika penggunaannya tepat,
sesuai dosis dan rasional. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat, maka
pasien perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Kesembuhan tidak akan
tercapai jika hanya mengkonsumsi obat namun tidak di barengi dengan pola hidup
sehat, olah raga dan istirahat yang cukup.
Persoalannya
adalah apakah para pengguna obat herbal berkenan untuk berkonsultasi ke tenaga
kesehatan? Persoalan ini muncul karena trauma yang terjadi pada masyarakat
tentang malpraktek dan konsultasi kepada tenaga kesehatan memerlukan biaya yang
tak sedikit.
Catatan
:
1Jurnal ilmiah “Elevated serum digoxin levels in a
patient taking digoxin and Siberian ginseng”
2Williamson, Elizabeth dkk. Stockley’s Herbal Medicines
Interaction. 2009. London: Pharmaceutical Press.
Ekstraksi Garcinia Mangostana dengan Metode Sokletasi
I. Tujuan
Ø Mengekstraksi kandungan kimia dari bahan alam menggunakan metode
sokletasi dan memperkenalkan komponen alat-alat sokletasi.
II. DasarTeori:
1. Manggis (Garcinia mangostana L)
Manggis merupakan
tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia
Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis
lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australia Utara. Di
Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa
Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera
Barat). Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
Dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan, manggis diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
(biji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malpighiales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia
mangostana L
Buah manggis sering
disebut sebagai : “ratu buah” yang mengandung senyawa aktif seperti vitamin,
katekin (antioksidan), polisakarida dan Xanthones. Xanthone dari buah manggis
ini telah terbukti secara ilmiah memiliki beragam manfaat yaitu sebagai
anti-aging, anti oksidan, menurunkan tekanan darah tinggi, modulator kekebalan
tubuh, kardioprotektif, mencegah osteoporosis, membantu sistem pencernaan,
memacu pertumbuhan sel darah merah, antivirus, antibiotic, antijamur,
antiradang, anti tumor dan sebagainya.
Senyawa aktif Xanthones dapat ditemukan diseluruh bagian buah
manggis, kandungan tertinggi terdapat dalam kulit manggis. Terdapat 40 senyawa
xanthones, beberapa diantaranya yang telah banyak diteliti adalah
alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garcinone.
2. Ekstraksi Sokletasi
Ekstraksi adalah
penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman, hewan dan
beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut
dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dari tanaman dan hewan terdapat
didalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda begitu pula ketebalan sel
masing-masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu
dalam mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam sel tanaman
adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut dalam pelarut organik tersebut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif didalam sel dan pelarut organik diluar sel, maka
larutan terpekat akan terdistribusi keluar sel dan proses ini terulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif didalam sel dan diluar
sel.
Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut. Pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi disebut MENSTRUM, sedangkan ampasnya disebut MARC.Hasil dari
ekstraksi itu sendiri disebut dengan EKSTRAK.
Proses
pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akanmenembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antarakonsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Ekstraksi merupakan tahap awal yang penting dalam proses isolasi
senyawa dari tumbuhan. cara ekstraksi kandungan kimia dapat dibedakan atas :
1. Ekstraksi dengan cara tradisional
- Dengan pelarut
organik
1. Maserasi
2. Perkolasi
3. Sokletasi
- Dengan pelarut air
1. Dekokta
2. Infusa
3. Destilasi Uap
2. Ekstraksi dengan cara modern
1. Ekstraksi Ultrasonik
2. Ekstraksi dengan
bantuan irradiasi microwave
3. Ekstraksi fluid super
kritis (Supercritical Fluid Extraction)
Sokletasi adalah
ekstraksi dengan menggunakan pelarut
organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif
konstan, dengan menggunakan alat soklet. Proses
sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material
atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu
didih, ekstraktor dan kondensor. Sampel
dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk
mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan
adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi
digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada tingkatannya,
polar atau non polar (Nazarudin, 1992).
Ekstraksi
sokletasi ini digunakan untuk simplisia yang jumlahnya sedikit dan tahan
terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam selonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat dengan menggunakan heating mantle sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi. Proses ini akan terus berulang sehingga proses ekstraksi terjadi
dengan sempurna.
Metoda sokletasi
seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada
metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan
baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi
cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan
ini adalah sokletasi
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi:
· Pelarut yang mudah
menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol.
· Titik didih pelarut
rendah.
· Pelarut dapat
melarutkan senyawa yang diinginkan.
· Pelarut tersebut
akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan; dan sifat sesuai dengan senyawa
yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)
Keuntungan metode ini adalah :
· Dapat digunakan
untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung.
· Digunakan pelarut
yang lebih sedikit
· Pemanasannya dapat
diatur
Kerugian dari metode ini :
· Karena pelarut
didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus- menerus
dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
· Jumlah total
senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap
dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
· Bila dilakukan
dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik
didih yang terlalu tinggi, seperti metanol, karena seluruh alat yang berada di
bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut
yang efektif.
Ada 3 komponen penting dalam alat ekstraktor sokletasi, yaitu
pemanas, pendingin dan labu penampung. Alat-alat ini terdiri dari :
- Pemanas (Heating
Mantel),
- Pendingin
(kondensor)
- Pipa samping
- Pipa Sifon
- Labu
III. Alat, Bahan dan Prosedur kerja
Bahan :
-
Kulit
buah manggis (Garcinia mangostana L)
-
Pelarut
Metanol
-
Kertas
saring
-
Aluminium
foil dan kertas saring
Alat :
-
Seperangkat
alat ekstraktor sokletasi
Cara
kerja :
IV. Hasil Pengamatan
- Sampel kulit
manggis seberat 14,696 gram
- Warna pelarut
mula-mula bening
- Ketika terjadi
pemanasan pelarut menguap
- Kemudian terjadi
pengembunan ketika melewati pendingin
- Pelarut menetes dan tertampung dalam
ekstraktor hingga batas pipa kapiler (warna pelarut pada ekstraktor menjadi
bewarna agak coklat)
- Pelarut turun ke labu didih (sirkulasi) yang
merupakan tanda satu siklus
V. Pembahasan
Ekstraksi merupakan
suatu proses penarikan senyawa yang diinginkan dari suatu simplisia dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi disebut
MENSTRUM, sedangkan ampasnya disebut MARC.Hasil dari ekstraksi itu sendiri
disebut dengan EKSTRAK.
Sedangkan
sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan
pelarut organik yang dipanaskan serta dilakukan secara berulang-ulang
dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet dan
terdapat proses pemanasan
Pada praktikum
kali ini dilakukan ekstraksi untuk simplisia kulit manggis dengan metode sokletasi.
Kulit buah manggis yang sudah di keringkan dengan cara diangin-anginkan di
haluskan dan ditimbang. Hasil dari penimbangan yang didapat adalah sebesar
14,696 gram. Kemudian dimasukkan kedalam alat ekstraktor sokletasi. Kemudian
pemanasnya dinyalakan dan pelarut pun menguap dan membasahi simplisia.
Warna pelarut
mula-mula bening. Saat pemanas dinyalakan pelarut menguap. kemudian terjadi
pengembunan ketika melewati pendingin yang di tandai dengan terdapatnya
globul-globul air di dinding tabung. Lama-lama pelarut yang telah mengembun
menetes dan tertampung dalam ekstraktor hingga batas pipa kapiler (warna
pelarut pada ekstraktor berubah menjadi warna kecoklatan). Kemudian pelarut pun
terkumpul dan naik membasahi sampel. Setelah pelarut sejajar dengan tinggi pipa
kapiler maka pelarut turun ke labu didih (sirkulasi) yang merupakan tanda satu
siklus.
Alat ekstraktor
sokletasi terdiri dari tiga komponen besar yaitu pemanas, pendingin dan labu
sokletasi. Pemanas disini berfungsi untuk menguapkan pelarut dan membawa
simplisia (menarik senyawa yang terdapat di simplisia). Kemudian pendingin
berfungsi sebagai pengubah bentuk pelarut yang semula berbentuk uap menjadi
bentuk cair dan labu berfungsi untuk menampung pelarut dan menampung ekstrak.
komponen lain dari alat ekstraktor sokletasi adalah : Pipa samping dan pipa sifon
Pada praktikum
ini ekstraksi dilakukan hanya sampai satu siklus sokletasi. Ini dikarenakan
keterbatasan waktu praktikum, sehingga tidak didapatkan hasil ekstrak akhirnya.
VI KESIMPULAN
1. Ekstraksi
adalah proses penarikan senyawa dari suatu simplisia dengan menggunakan pelarut
yang sesuai.
2. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan
pelarut organik yang dipanaskan serta dilakukan secara berulang-ulang dan
menjaga jumlah pelarut konstan dengan menggunakan alat yang bernama soklet.
3. Senyawa
yang terdapat dalam kulit buah manggis adalah mengandung senyawa aktif seperti
vitamin, katekin (antioksidan), polisakarida dan Xanthones (alfa-mangostin,
gamma-mangostin dan garcinone)
4. Alat ekstraktor sokletasi terdiri dari tiga
komponen besar yaitu pemanas, pendingin, labu, dan di dukung dengan peralatan
tambahan seperti Pipa samping dan pipa sifon.