ANTIBIOTIK TETRASIKLIN

TETRASIKLIN

Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.


A.                ASAL DAN KIMIA

Antibiotic golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dhasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari Sterptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin,tetapi juga ddapat diperoleh dari species Streptomyces lain.

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air,tetapi merupakan bentu garam natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering,bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan,kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.


B.                 MEKANISME KERJA

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri gram-negatif, pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka antibiotic berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya komplek tRNA – asam amino pada lokasi asam amino.

a.                   Efek antimikroba

Pada umumnya spectrum golongan tetrasiklin sama ( sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivate terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.

Golongan tetrasiklin termasuk antibiotic yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.


C.      SPEKTRUM ANTIMIKROBA

Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu.

Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogens.

Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio cholera, Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillium minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten.

Tetrasiklin juga merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain itu obat ini juga aktif terhadap Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat pertumbuhan Entamoeba histolytica.


RESISTENSI. Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,Bacteroides, Shigella dan S.aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis


D.      FARMAKOKINETIK

Absorpsi. Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserapdaam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung dilambung dan usus halus bagian atas. Adanya makanan dalam lambung mengahmbat penyerapan golongan tetrasiklin,kecuali minosiklin dan doksisklin. Absorpsi berbagai jenis tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh PH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antacid,dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Tetrasiklin fosfat kompleks tidak terbukti lebih baik absorpsinya dari sediaantetrasiklin biasa.

Distribusi. Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5 mcg/ml. Masa paruh doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan pada gagal ginjal. Dalam cairan serebbrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dari jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun dalam system retiloendotelial di hati, limpa dan sumsum tulang, serta dentin dan email dari gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relative tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.

Distribusi tetrasiklin berlangsung ke seluruh tubuh kecuali jaringan lemak. Afinitas yang besar terjadi pada jaringan dengan kecepatan metabolisme dan pertumbuhan yang cepat seperti hati, tulang, gigi, dan jaringan neoplasma. Dalam jaringan tulang dan gigi, tetrasiklin akan disimpan dalam bentuk kompleks kalsium. Tetrasiklin akan membentuk ikatan dengan protein plasma. Walaupun demikian, lama kerja suatu kelompok senyawa tetrasiklin ini tidak ditentukan oleh ikatan proteinnya, melainkan ditentukan oleh sifat-sifat kimia masing-masing senyawa. Tetrasiklin dapat berikatan dengan protein sebesar 65%. Distribusi dalam plasenta dapat terjadi dengan mudah karena senyawa tetrasiklin dapat melewati plasenta. Kadar tetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air susu.

Ekskresi. Golongan tetrasiklin dieksresi melalui urin dengan filtrasi glomerulus,dan melalui empedu. Pada pemberian peroral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen ususini mengalami sirkulasi enterohepatik : maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihantikan.Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah.Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya : (1) Tetrasiklin,klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam. (2) Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg peroral tiap 6 jam, (3) Doksisklin dan minosiklin.Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100mg sehari.


E.       EFEK SAMPING

Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.

REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.

REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan doksisiklin.Makin besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau memberikan golongan tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium. Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat bahaya. Manifestasi reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikan IM tanpa anastetik local.

Terapi dalam waktu lama juga dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin,tetapi paling sering timbul pada pemberian demetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.

Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral. Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil dengan pielonafritis paling sering menderita kerusakan hepar akibat pemberian golongan tetrasiklin. Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami kumulasi dalam tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling sering timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat badan. Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasidarah dan memperkuat efek antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat fisikokimia lipoprotein plasma.

Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh dan membentuk kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada fetus dan anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada lamanya penggunaan tetrasiklin.

Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat menimbulkan disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan terjadinya karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan doksisiklin.


F.    DOSIS

Dosis tetrasiklin yang paling sering digunakan pada anak adalah 250 mg diberikan setiap 6 jam sekali dan penggunaannya sampai 5-7 hari saja. Pemberian ini akan menghasilkan kadar plasma puncak dalam tubuh sekitar 2-3 µg/ml. Jika kadar obat dalam plasma melewati batas normal akibat dari pemakaian dosis yang besar, frekuensi penggunaan obat yang lama dan berulang maka ditakutkan akan memberikan dampak pada gigi berupa perubahan warna.


G.   HUBUNGAN TETRASIKLIN DENGAN GIGI   

1.    Efek samping tetrasiklin terhadap gigi

Secara umum pemberian tetrasiklin dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, diare, sakit kepala ringan, glositis, alergi, kadang-kadang juga dapat memberi dampak yang lebih parah, seperti eritema dan edema. Selama tetrasiklin digunakan untuk penyembuhan, ditakutkan terjadi superinfeksi seperti kandidiasis, ini dikarenakan oleh sifat tetrasiklin sebagai antibiotik spektrum luas yang tidak hanya bakteri patogen saja, tetapi juga membunuh flora normal pada gastrointestinal sehingga menimbulkan iritasi.

Pada rongga mulut, selain kandidiasis, efek samping yang paling sering adalah perubahan warna pada gigi anak-anak terutama jika diberikan dalam jangka waktu yang panjang sehingga warna gigi menjadi coklat kehitam-hitaman. Penggunaan antibiotik sebagai spektrum luas dapat membunuh segala jenis bakteri dalam rongga mulut. Ini memberikan kesempatan bagi kandida atau jamur untuk berkembangbiak, karena banyaknya substrat yang dapat mempercepat proses pertumbuhannya sehingga mengakibatkan terjadinya kandidiasis oral.

Resiko yang paling tinggi terjadi jika tetrasiklin diberikan pada usia pembentukan gigi sulung dan gigi anterior permanen. Jika diberikan usia 2 bulan-5 tahun, maka seluruh gigi sulung dan kemungkinan gigi anterior permanen akan mengalami perubahan warna yang akan menimbulkan permasalahan estetis di kemudian hari. Perubahan warna gigi pada usia dini umumnya bersifat permanen karena tetrasiklin masuk dan berikatan dengan unsur-unsur gigi pada saat terjadinya pembentukan dentin.

Pengobatan ibu hamil dengan tetrasiklin juga menyebabkan perubahan warna gigi sulung pada bayi yang dilahirkan. Ini dikarenakan tetrasiklin dapat menembus plasenta sehingga si bayi yang berada dalam kandungan dapat terpapar tetrasiklin. Bahaya perubahan warna gigi terjadi akibak pemakaian tetrasiklin pada kehamilan trimester kedua hingga trimester ketiga.

2.    Mekanisme perubahan warna pada gigi akibat tetrasiklin

Penggunaan secara sistemik dari tetrasiklin selama pembentukan dan perkembangan gigi dikaitkan dengan deposisi tetrasiklin pada jaringan gigi. Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++ sebagai unsur-unsur pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara irreversible, kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan sebagai jaringan yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika melalui plasenta.

Jordan dkk membagi keparahan perubahan warna ke dalam 3 bagian yaitu : ringan, sedang, berat. Perubahan warna ringan digambarkan berwarna kuning terang yang merata hampir di seluruh permukaan gigi. Perubahan warna sedang digambarkan berwarna kuning gelap atau hampir keabu-abuan. Sedangkan perubahan warna berat digambarkan dengan keadaan gigi yang berwarna abu-abu gelap, ungu atau biru dengan adanya bentuk cincin pada bagian servikal gigi.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna pada gigi. Faktor-faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa pembentukan gigi.

Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat tetrasiklin adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi yang sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin secara irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam struktur gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.

3.    Mekanisme mudah rapuh dan mudah berlubangnya gigi akibat tetrasi

Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi mudah berlubang.


DAFTAR PUSTAKA

FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 4. 1995. fakultas kedokteran UI ,Jakarta

Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : ulasan bergambar Ed.2. Jakarta : Widya Medika.

PSM (PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN

PSM " PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN"


Okee,,, sekarang kita akan melancong ke Provinsi Jawa-Timur….dimana di Provinsi ini terdapat sebuah Kabupaten yang dekat dan bertetanggaan dengan Provinsi Jawa-Tengah yaitu Magetan… di kabupaten ini terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama PSM “Pesantren Sabilil Muttaqien.


Ponpes ini memiliki semboyan yang disebut dengan Trilogi PSM yaitu ILMU-AMAL-TAQWA. Pendiri pesantren ini adalah Mbah Kiyai Hasan Ulama’. Berikut riwayat singkat Mbah Kiyai Hasan Ulama’. Mbah Kiyai Hasan Ulama’ adalah seorang tokoh pemuka agama yang sekaligus ulama’ ahli Hikmah Sufiyah. Beliau putra dari Mbah Kiyai Khalifah atau Pangeran Cokrokertoapati. Mbah Kiyai Khalifah merupakan seorang penasehat spiritual dari Pangeran Diponegoro ketika saat terjadi peperangan dengan Kompeni Belanda. Mbah Kiyai Khalifah mengungsi ke arah Timur untuk menghindar dari pengejaran Kompeni Belanda, hingga sampailah ke wilayah Ponorogo di sebuah desa yang disebut sebagai desa Bogem-Sampung. Kemudian Mbah Kiyai Khalifah mendirikan masjid dan pesantren di wilayah tersebut.
Mbah Kiyai Khalifah berasal dari Kebondalem Kemusuk Argomulyo Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau memiliki putra yang bernama Mohammad Jaiz yang menuntut ilmu (nyantri) di pesantren Tegalrejo, Semen, Nguntoronadi. Pesantren tersebut didirikan oleh K.H Abdurrahman. Kemudian Mbah Mohammad Jaiz diambil mantu oleh K.H Muhammad Ilyas (merupakan seorang Fuqoha’ dan penghulu di wilayah Gorang-Gareng, Magetan), dinikahkan dengan putrinya yang bernama Siti Insiyah yang merupakan cucu dari K.H Abdurrahman. Selanjutnya Mbah Mohammad Jaiz diberi nama atau dipanggil dengan nama Mbah Hasan Ulama. Dari perkawinan tersebut melahirkan 7 putra-putri, yaitu :

  1. KH. Imam Muttaqien (Takeran) 
  2. Siti  Masyrifah/ Ny. Imam Tafsir (Takeran)   
  3. Ky. Muhammad Umar (Takeran)
  4. Siti Kuning/ Ny. Ky. Sahid (Takeran)
  5. Siti Melok/ Ny. Muhammad Sareh (Kebondalem Takeran)
  6. Siti Melik/Ny. Ky. Abu Syukur Salim (Takeran)
  7. Farilahut/Ny. Sakeh (Takeran)
Mbah Kiyai Hasan Ulama’ bersama mertuanya babat dan merintis tempat pemukiman di Nglorok Takeran, yang kemudian didirikan masjid dan Pesantren dengan nama Pesantren Takeran pada tahun 1303 H. Setelah didirikan Pesantren Takeran untuk memperkuat posisi Pesantren Takeran, mbah Ky Hasan Ulama’ mengajak saudaranya yang berasal dari Kemusuk Kebondalem Argomulyo, Bantul Yogyakarta sebagai magersari, diantaranya:
  1. Ky. Hasan Thoiron bertempat di Takeran Lor
  2. Ky Hasan Mukarom bertempat di Landangan – Takeran
  3. Ky Hasan Mukmin bertempat di Nglorog Takeran
Dan ada beberapa sahabat beliau yang ikut membantu memperkuat Pesantren Takeran, yaitu:
  1. Ky. Moh. Zaid dari Kertosono yang tinggal di Nglorog Takeran
  2. Ky. Hasani dari Ponorogo yang tinggal di Mangu Takeran
  3. Ky. Hasyim bin Ky. Hanafi Brangkal Kedungpanji yang tinggal di Kunti Takeran
  4. Mbah Lurah Ngampon Takeran
Dan masih banyak lagi sahabat beliau yang lain, apalagi setelah beliau diamati menjadi Mursyid Thoriqoh Syathoriyah dari Pesantren Tegalrejo. Diceritakan bahwa beliau mendapat amanat sebagai Mursyid Thoriqoh Syathoriyah setelah menyelesaikan tahapan-tahapan/muqom dengan lakon dan pitukon yang telah ditentukan, dengan bimbingan dari Guru/Washitah mursyid sebelumnya yaitu Mbah K.H Sari Muhammad, Bogem Ponorogo dan Mbah Nyai Harjo Besari binti K.H Abdurrahman yang juga merupakan Mursyid Thoriqoh Syathoriyah.



Setelah Mbah Kyai Hasan Ulama’ memegang Mursyid Thoriqoh Syathoriyah dan mendirikan Pesantren Takeran, beliau meletakkan dasar-dasar atau azas Pesantren Takeran yang merupakan cikal bakal Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) yang tercantum dalam Majmu’ah Risalah. Di Majmu’ah Risalah tersebut tertulis bahwa “Mbah Kiyai Hasan Ulama’ mendirikan Pesantren Takeran mempunyai maksud dan tujuan yaitu mendirikan dan mewujudkan sumber pendidikan, pengajaran, dan penyiaran Islam seluas-luasnya”. Dasar cita-cita beliau adalah “ Memancarkan pendidikan luas tentang Islam sehingga Pesantren ini dapat mengeluarkan sebanyak-banyaknya orang yang cakap dan luas  serta tinggi kefahamannya tentang agama Islam rahin berbakti dan beramal kepada masyarakat, berdasarkan Taqwa kepada Allah, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu (terpelajar), beramal dan bertaqwa”.
        Berikut wasiat Mbah Kiayi Hasan Ulama’ untuk putro wayah/putro murid sebagai pedoman kehidupan, wasiat/ Dedawuhing Guru tersebut diantaranya:

  1. OJO KEPENGEN SUGIH, LAN OJO WEDI MLARAT
  2. PILIH NGENDI,SUGIH TANPO IMAN OPO MLARAT ANANGING IMAN
  3. OJO DEMEN NGUDI PENGARUHING PRIBADI, KANG ONO DI OPENI KANTHI TEMENAN, OJO KESENSENGSEM GEBYARING KADONYAN, KANURAGAN LAN PENGAWASAN DUDU TUJUAN. TOPO NGRAME LAKONONO
  4. SUMBER BENING ORA BAKAL GOLEK TIMBHO
  5. OJO DEMEN OWAH-OWAH TATANAN PORO SEPUH, WAJIBE MUNG NGOPENI LAN NGLESTAREAKE
  6. OJO DEMI NYUNGGI KATHOKE MBAHE, AMAL SHOLEH TINDAKNO
  7. NYAWIJI ING DALEM KAUTAMAAN, PISAH SAK JERONING KEMAKSIATAN, ING TEMBE BAKAL ONO TITI MANGSANE, ANAK PUTU ONO KANG NEMU EMAS SAK JAGO GEDHENE, ANANGING YO MUNG KANDEKNSAK MONO IMANE
  8. ORA LIWAT ANAK PUTUKU SING GUYUB RUKUN, DI PODO TANSAH NGRAMEAKE MASJID, TAK PANGESTONI SLAMET DONYO AKHIRAT
  9. OJO KENDAT TANSAH NINDAK AKE MUJAHADDAH TAUBAT, KOYO KANG WIS DI PARENGAKE GURU
j    Jika ingin melihat sejarah PSM lebih jauh bisa klik http://sabililmuttaqien.blogspot.com/ :)


“Dahsyat!” Kekerasan Meningkat, Hukum Kurang Menjerat


Kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia - Mulai dari aceh hingga Papua - kini sudah menjadi trend. Banyak pemikiran masyarakat yang menyimpang dan berpikiran bahwa kekerasan merupakan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. Julukan Indonesia sebagai “negara yang paling ramah” pun mulai dipertanyakan. Kerukunan masyarakat mulai terkikis.  Tindakan anarkisme -terutama di ibu kota-  tak terelakkan. Kerusakan dan kerusuhan dari aksi anarkisme dan kekerasan masyarakat tak dapat ditekan. Terlebih tindak kekerasan di ibu kota. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya bahwa kejahatan dengan kekerasan di Jakarta pada semester pertama 2012, mencapai 331 kasus, hal ini melampaui angka kejahatan dengan kekeraasan di tahun 2011 dengan 257 kasus dalam satu tahun.
            Konflik-konflik yang berkepanjangan dan tak kunjung usai, menjadikan masyarakat tumbuh tak beraturan dan brutal. Tak ada sikap toleransi terhadap golongan yang berbeda. Rasa Bineka Tunggal Ika masyarakat pun hilang. Kekerasan tak hanya terjadi antar kelompok tertentu. Perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa pun tak luput dari ancaman kekerasan. Organisasi yang bekerja untuk isu perempuan dan HAM beserta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Aceh mencatat, sepanjang 2011 sampai 2012 telah terjadi 1.060 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, 561 kasus telah dilakukan verifikasi dan analisa yang kemudian diketahui 73,6 persen di antaranya adalah kekerasan rumah tangga.
             Dahsyatnya peningkatan kekerasan yang terjadi di masyarakat mempertanyakan kekuatan hukum di negara ini. Banyak masyarakat main hakim sendiri, seolah-olah tak ada hukum yang menengahi karena penegakan hukum yang lamban. Kelambanan inilah yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya sendiri hingga seringkali keluar dari jalur kaidah hukum yang berlaku.  Hal ini menunjukkan masyarakat semakin kehilangan kepercayaan terhadap hukum yang berlaku akibat lemahnya sistem hukum dan pemimpin yang kurang berwibawa di depan publik. Kekuatan hukum mulai melemah akibat dikendalikan kekuasaan dan uang, sehingga hukum tidak dijadikan patokan utama bagi masyarakat. Hukum yang harusnya bisa menjerat yang bersalah pun dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
            Hukum seyogyanya bertindak adil sehingga dapat membangun dan memperbaiki peradaban sosial masyarakat. Setiap insan mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum, tak ada pengecualian baik dari kalangan konglomerat hingga rakyat jelata. Jika mata rantai tindak kekerasan ini tidak segera diputus dengan hukum yang tegas dan adil maka kekuatan hukum rimba –yang kuat yang berkuasa- akan mendominasi.
            Negara ini harus bekerja keras memperbaiki kekuatan hukum agar bisa dijadikan panglima dalam menghadapi kekerasan di masyarakat. Kewibawaan dan kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur masyarakat harus ditingkatkan agar terbangunnya sistem hukum yang adil dan tegas tercapai. Yang tidak kalah penting adalah partisipasi dari masyarakat dalam menanamkan sikap toleransi dan saling memaafkan sehingga kekerasan pun dapat diminimalisir.

Kala Kesempatan Tak Datang Dua Kali, Penyesalanpun Menggeregoti


Inilah karya saya pertama kali dimuat di sebuah media cetak...
namun yang sangat menyedihkan adalah, saya tak punya arsip dari tulisan dikoran tersebut. Hal ini menjadi teguran baru bagi saya,,,,,walaupun saya tidak memiliki arsip berupa pure koran namun alhamdulillah terdapat arsip yang di muat di internet...bagi temen2 yang memiliki koran sindo edisi tanggal 11 April 2013,,,bersediakah untuk dijual ke FARIDA :D....
bagi para penulis....ayoo semangat dalam kepenulisannya,,,,!!!

Saat Obat Herbal Menjadi Bahaya



        

“100% terbuat dari herbal alami, bebas efek samping” biasanya kalimat tersebut sering tertulis di brosur obat herbal yang merupakan iming-iming tawaran dari produk obat herbal. Selain itu agar lebih menarik lagi terdapat gambar tumbuhan yang segar, bewarna cerah dan menarik untuk di pandang, sehingga membuat tak sedikit masyarakat ikut terhipnotis beralih ke obat herbal. Ingin sembuh, langsing, cantik, lebih menawan secara instan tanpa merasakan sakit dan tak perlu bersusah payah melakukan terapi merupakan faktor utama pasien memilih obat herbal. Selain itu, banyak terjadinya malpraktek di dunia medis merupakan salah satu faktor penyebab masyarakat beralih ke obat herbal dan banyak rumor yang berkicau bahwa obat-obat sintetik lebih berbahaya dan menimbulkan banyak komplikasi. Mereka berpikir bahwa obat herbal tidak memiliki efek samping sama sekali. 

            Terjaminnya tak ada efek samping dari obat herbal menyebabkan orang-orang berlebihan dalam mengkonsumsinya agar penyakit dapat disembuhkan dengan cepat. Padahal segala sesuatu yang digunakan secara berlebihan itu tak baik. “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’am : 141).
            Obat herbal ataupun sintetik jika digunakan secara berlebihan tetap akan menimbulkan efek samping. Contohnya, pada penderita hipertensi, jika pasien ini meminum jus mentimun secara berlebihan, tanpa adanya dosis maka tekanan darah pun akan turun drastic yang dapat menyebabkan hipotensi. Juga pada penderita diare, jika mengkonsumsi daun jambu biji secara berlebihan dan tak sesuai dosis dapat menyebabkan konstipasi. Selain itu, lama penyimpanan obat herbal (jamu) tidak ada kepastian yang signifikan.
            Segala sesuatu pasti ada kekurangan dan kelebihannya termasuk obat herbal. Kelebihan dari obat herbal diantaranya adalah harganya lebih terjangkau, memiliki efek samping yang relative kecil, tidak menimbulkan rasa sakit, mudah di dapat dan mudah cara penggunaannya. Namun obat sintetik juga memiliki kelebihan, diantaranya obat sintetik sudah melalui pengujian ilmiah, dosis sudah diketahui, lebih stabil dan memiliki efek farmakologi yang besar.
            Meskipun obat herbal dipandang tak memiliki kekurang namun kekurangan dari obat herbal tak kalah banyak jika dibandingkan dengan obat sintetik. Diantaranya adalah obat herbal masih belum terbukti ilmiah, standar atau bahan baku sering berubah dalam takaran maupun ramuannya, mudah tercemar mikroorganisme, dosis yang tidak jelas, efek farmakologisnya lemah, pemasaran obat herbal tidak seketat obat sintetik yang menyebabkan kualitas dari obat herbal di pasaran belum tentu baik. Obat herbal juga tidak dapat menyembuhkan penyakit yang bersifat traumatic serius seperti contohnya patah tulang, radang usus buntu dan pasien diabetes mellitus tipe 1. Selain itu pengobatan herbal dapat berinteraksi dengan obat sintetik (konvensional).
            Hal ini di perparah jika ada pasien menggunakan kombinasi antara obat herbal dan obat sintetik agar dapat sembuh dengan cepat. Pasien yang ingin mengobati penyakitnya dengan obat herbal harus memperhatikan terjadinya interaksi obat. Contohnya mengkonsumsi ginseng yang dibarengi dengan obat digoksin akan meningkatkan kadar digoksin dalam darah yang dapat menyebabkan efek toksik1. Atau bunga elder (Sambucus nigra L) yang berkasiat sebagai antitusif jika di berikan dengan morfin dalam jangka waktu yang berbeda juga akan memberikan efek yang berbeda. Contohnya pada menit ke 90 setelah pemberian morfin maka dapat menurunkan efek analgesik morfin, pada menit ke 150 setelah pemberian morfin maka bunga elder tidak mempengaruhi efek analgesik morfin dan pada menit ke 10 setelah pemberian morfin maka terjadi peningkatkan efek analgesik morfin. Orange jus (Citrus aurantium L) yang banyak memiliki khasiat pun juga berbahaya jika dikombinasi dengan Felodipin (obat hipertensi) yang dapat meningkatkan kadar felodipin dalam darah yang menyebabkan toksik, ataupun pada Dextromethorphan (antitusive) yang dapat meningkatkan absorpsi Dextromethorphan (tak berefek).2
            Sebenarnya obat sintetik maupun obat herbal tidak akan berbahaya jika penggunaannya tepat, sesuai dosis dan rasional. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat, maka pasien perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Kesembuhan tidak akan tercapai jika hanya mengkonsumsi obat namun tidak di barengi dengan pola hidup sehat, olah raga dan istirahat yang cukup.
            Persoalannya adalah apakah para pengguna obat herbal berkenan untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan? Persoalan ini muncul karena trauma yang terjadi pada masyarakat tentang malpraktek dan konsultasi kepada tenaga kesehatan memerlukan biaya yang tak sedikit.

Catatan :
            1Jurnal ilmiah  “Elevated  serum digoxin levels in a patient taking digoxin and Siberian ginseng”
                2Williamson, Elizabeth dkk. Stockley’s Herbal Medicines Interaction. 2009. London: Pharmaceutical Press.

Ekstraksi Garcinia Mangostana dengan Metode Sokletasi



I.     Tujuan
Ø  Mengekstraksi kandungan kimia dari bahan alam menggunakan metode sokletasi dan memperkenalkan komponen alat-alat sokletasi.

II.    DasarTeori: 
1.  Manggis (Garcinia mangostana L)
           Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatera Barat). Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
Dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan, manggis diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi  : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae
Ordo  : Malpighiales
Famili  : Guttiferae
Genus  : Garcinia
Spesies  : Garcinia mangostana L
        Buah manggis sering disebut sebagai : “ratu buah” yang mengandung senyawa aktif seperti vitamin, katekin (antioksidan), polisakarida dan Xanthones. Xanthone dari buah manggis ini telah terbukti secara ilmiah memiliki beragam manfaat yaitu sebagai anti-aging, anti oksidan, menurunkan tekanan darah tinggi, modulator kekebalan tubuh, kardioprotektif, mencegah osteoporosis, membantu sistem pencernaan, memacu pertumbuhan sel darah merah, antivirus, antibiotic, antijamur, antiradang, anti tumor dan sebagainya.
Senyawa aktif Xanthones dapat ditemukan diseluruh bagian buah manggis, kandungan tertinggi terdapat dalam kulit manggis. Terdapat 40 senyawa xanthones, beberapa diantaranya yang telah banyak diteliti adalah alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garcinone.
2.   Ekstraksi Sokletasi
           Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dari tanaman dan hewan terdapat didalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda begitu pula ketebalan sel masing-masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel  yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik tersebut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan pelarut organik diluar sel, maka larutan terpekat akan terdistribusi keluar sel dan proses ini terulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif didalam sel dan diluar sel.
            Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi disebut MENSTRUM, sedangkan ampasnya disebut MARC.Hasil dari ekstraksi itu sendiri disebut dengan EKSTRAK.
            Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akanmenembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antarakonsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Ekstraksi merupakan tahap awal yang penting dalam proses isolasi senyawa dari tumbuhan. cara ekstraksi kandungan kimia dapat dibedakan atas :
1. Ekstraksi dengan cara tradisional
      - Dengan pelarut organik
      1. Maserasi
      2. Perkolasi
      3. Sokletasi
      - Dengan pelarut air
      1. Dekokta
      2. Infusa
      3. Destilasi Uap
2. Ekstraksi dengan cara modern
     1. Ekstraksi Ultrasonik
     2. Ekstraksi dengan bantuan irradiasi microwave
     3. Ekstraksi fluid super kritis (Supercritical Fluid Extraction)
            Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan  pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet. Proses  sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih,  ekstraktor dan kondensor. Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi. Tujuan  dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan adalah untuk mempermudah senyawa terlarut dalam pelarut. Didalam sokletasi digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar (Nazarudin, 1992).
            Ekstraksi sokletasi ini digunakan untuk simplisia yang jumlahnya sedikit dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat dengan menggunakan heating mantle sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Proses ini akan terus berulang sehingga proses ekstraksi terjadi dengan sempurna.
            Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi:
·         Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol.
·         Titik didih pelarut rendah.
·         Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan.
·         Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan; dan sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)
Keuntungan metode ini adalah :
·         Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
·         Digunakan pelarut yang lebih sedikit
·         Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
·         Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus- menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
·         Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam  pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
·         Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Ada 3 komponen penting dalam alat ekstraktor sokletasi, yaitu pemanas, pendingin dan labu penampung. Alat-alat ini terdiri dari :
-          Pemanas (Heating Mantel),
-          Pendingin (kondensor)
-          Pipa samping
-       Pipa Sifon
-       Labu

III. Alat, Bahan dan Prosedur kerja
Bahan :
-          Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L)
-          Pelarut Metanol
-          Kertas saring
-          Aluminium foil dan kertas saring
Alat :
-          Seperangkat alat ekstraktor sokletasi
Cara kerja :



IV.  Hasil  Pengamatan
-          Sampel kulit manggis seberat 14,696 gram
-          Warna pelarut mula-mula bening
-          Ketika terjadi pemanasan pelarut menguap
-          Kemudian terjadi pengembunan ketika melewati pendingin
-          Pelarut menetes dan tertampung dalam ekstraktor hingga batas pipa kapiler (warna pelarut pada ekstraktor menjadi bewarna agak coklat)
-          Pelarut turun ke labu didih (sirkulasi) yang merupakan tanda satu siklus
V.   Pembahasan
          Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa yang diinginkan dari suatu simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi disebut MENSTRUM, sedangkan ampasnya disebut MARC.Hasil dari ekstraksi itu sendiri disebut dengan EKSTRAK.
            Sedangkan sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan  pelarut organik yang dipanaskan serta dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan menggunakan alat soklet dan terdapat proses pemanasan
            Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi untuk simplisia kulit manggis dengan metode sokletasi. Kulit buah manggis yang sudah di keringkan dengan cara diangin-anginkan di haluskan dan ditimbang. Hasil dari penimbangan yang didapat adalah sebesar 14,696 gram. Kemudian dimasukkan kedalam alat ekstraktor sokletasi. Kemudian pemanasnya dinyalakan dan pelarut pun menguap dan membasahi simplisia.
            Warna pelarut mula-mula bening. Saat pemanas dinyalakan pelarut menguap. kemudian terjadi pengembunan ketika melewati pendingin yang di tandai dengan terdapatnya globul-globul air di dinding tabung. Lama-lama pelarut yang telah mengembun menetes dan tertampung dalam ekstraktor hingga batas pipa kapiler (warna pelarut pada ekstraktor berubah menjadi warna kecoklatan). Kemudian pelarut pun terkumpul dan naik membasahi sampel. Setelah pelarut sejajar dengan tinggi pipa kapiler maka pelarut turun ke labu didih (sirkulasi) yang merupakan tanda satu siklus.

            Alat ekstraktor sokletasi terdiri dari tiga komponen besar yaitu pemanas, pendingin dan labu sokletasi. Pemanas disini berfungsi untuk menguapkan pelarut dan membawa simplisia (menarik senyawa yang terdapat di simplisia). Kemudian pendingin berfungsi sebagai pengubah bentuk pelarut yang semula berbentuk uap menjadi bentuk cair dan labu berfungsi untuk menampung pelarut dan menampung ekstrak. komponen lain dari alat ekstraktor sokletasi adalah :  Pipa samping dan pipa sifon


             Pada praktikum ini ekstraksi dilakukan hanya sampai satu siklus sokletasi. Ini dikarenakan keterbatasan waktu praktikum, sehingga tidak didapatkan hasil ekstrak akhirnya.

VI KESIMPULAN
1.      Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa dari suatu simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
2.    Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut organik yang dipanaskan serta dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut konstan dengan menggunakan alat yang bernama soklet.
3.      Senyawa yang terdapat dalam kulit buah manggis adalah mengandung senyawa aktif seperti vitamin, katekin (antioksidan), polisakarida dan Xanthones (alfa-mangostin, gamma-mangostin dan garcinone)
4.    Alat ekstraktor sokletasi terdiri dari tiga komponen besar yaitu pemanas, pendingin, labu, dan di dukung dengan peralatan tambahan seperti Pipa samping dan pipa sifon.